V-A-L-E-N-T-I-N-E
Sebelum hari valentine, aku terpikir untuk membuat project baru –hitung-hitung untuk mengisi waktu luang –. Jujur, aku masih terlalu ‘awal’ buat mengerti apa itu VALENTINE yang biasa orang-orang ibaratkan sebagai hari kasih sayang. Sebenarnya setiap hari adalah kasih sayang. Tinggal kita para individu yang memaknainya. Well, ini sebagian pendapat kerabat, adik, kakak, dan mami saya tentang apa itu valentine :
- My beloved Nicole said : valentine itu makanan – I don’t know what does it mean –
- My older sista Rina said : hari cokelat sedunia – you still try to become fatter, huh? –
- My beloved friend Yulda said : Hari kasih sayang, penghormatan ke seorang pastor.
- My bible teacher Praise said : valentine itu hari dimana kita ngerayain hari kasih sayang. Bukan masalah perayaan tetapi gimana kita memaknainya. Bukan masalah hadiah, cokelat atau bunga, tapi gimana kita belajar tulus gak cuma di tanggal 14 feb aja. Tapi tiap hari adalah valentine’s day.
- The oldest girl in my class, Ulfa said : biasa saja, gak ada yang special. Sama seperti hari biasa.
- The tallest girl in my class, Sari said : it means nothing for my life.
- The most eccentric girl in my class, Desy said : sebuah hari diantara 365 hari dalam setahun, sebuah tanggal diantara 30 tanggal dalam sebulan dan sebuah keajaiban diantara beribu-ribu keajaiban dari Tuhan *wkwkwk.
- The best aunty, Yuni Amaliya said : Menurutku hanya hari biasa hehe
- My best friend out there, Joseph Mike said : Great, but no problem if Elisabeth (her gf) not here. But in my eyes and heart still close to her.
- My beloved one, Elisabeth said : hari kasih saying
- Actually I want to ask about vannes’ and beverly’s opinion, but they can’t. I hope you will alright out there bevy. I miss you so much
Mereka punya opini sendiri – sendiri tentang apa itu hari valentine’s day. Buatku butuh waktu untuk mengerti hal itu. Yap he’s in the heaven now, I can’t ask his opinion about valentine, haha. Happy valentine’s day boy, love you Samuel Pieter F :)
I made this for you :
Mother Theresa said : the greatest troubles of human life is being unloved and unwanted.
Yap, itu bener seratus persen. Menjadi individu yang tidak di cintai dan tidak diinginkan itu masalah terbesar dalam hidup manusia. Seorang bayi tidak mungkin lahir kedunia jikalau kedua orangtuannya tidak saling cinta. Tetapi itu juga terjadi jika sepasang manusia mabuk-mabukan dan kemudian melakukan hubungan seks tanpa alat kontrasepsi, dan sempurna. Perempuan itu hamil, kemudian melahirkan. Apapun yang terjadi, entah bayi itu diharapkan atau tidak, dia harus hidup. Sandra menyadari hal itu, sejak awal kelahirannya ia sama sekali tidak diharapan oleh orangtua dan keluarganya. Ibunya melahirkan dia diluar nikah, ya hasil hubungan terlarang itulah Sandra sekarang tinggal di biara dan di asuh oleh seorang suster yang iba akan dirinya yang dibuang jauh dari keadaan keluarga secara normal.
Semenjak lahir, ibu Sandra menitipkan anaknya ke biara dan berharap Sandra bisa tumbuh layaknya gadis lainnya, paling tidak sampai ada keluarga yang mau mengadopsinya.
Sudah 15 tahun Sandra tinggal di biara, dan selama itu, suster Ellen menolak setiap keluarga yang ingin mengadopsi Sandra, tanpa memberi tahu alasannya kepada orangtua yang ingin mengadopsinya dan juga kepada Sandra. Tak jarang Sandra merasa kesal dan sedih dikala ia melihat teman-temannya yang lain di adopsi oleh keluarga baru mereka. Merasa kesepian, tetapi ia tidak tahu ingin berbuat apa.
Sandra tidak pernah menganggap kalau ada orang yang mencintainya, dan tidak percaya akan hal itu. Dia memiliki keyakinan bahwa di dunia yang kejam, hanya orang-orang yang tidak memiliki rasa cintalah yang akan menang.Walaupun suster Ellen selalu menunjukkan rasa sayangnya kepada Sandra, itu takkan berarti apa-apa jikalau Sandra menutup matanya utuk memahami apa yang terjadi, menutup hatinya untuk mengerti keadaan dan menerima kasih sayang yang ada di sekitarnya. Diapun selalu tertutup akan masalah yang dia hadapi. Tetapi itu tidak berlangsung lama, ketika seorang gadis remaja yang sebaya dengannya tiba-tiba muncul di biara. Gadis itu bernama Joana, iapun memiliki masalah yang sama dengan Sandra. Setelah ibunya meninggal karena melahirkannya dan 2 tahun kemudian ayahnya meninggal saat ayahnya menyelamatkan Joana dalam musibah kebakaran yang menimpa rumahnya. Dan keluarga Joana menganggap bahwa Joana adalah anak pembawa sial, maka semenjak ayahnya meninggal dia ditempatkan di biara yang tidak jauh dari rumah neneknya, namun tanpa ada alasan yang jelas, Joana kabur dari biaranya dan kemudian mendatangi biara dimana Sandra berada. Suatu kebetulan, namun perlahan Sandra menyadari bahwa ia dapat mempercayai Joana sebagai sahabatnya. Dan itu mengubah hidup Sandra. Semua itu terjadi saat Sandra mulai sakit-sakitan, muntah darah dan tubuhnya lemas, dan Joana mengetahuinya. Namun Sandra memesan agar Joana tidak memberitahu siapapun.
Keadaan Sandra yang semakin parah membuat Joana semakin tidak tahan untuk menyembunyikan kondisi Sandra saat ini, dan akhirnya Joana mengatakan hal tersebut kepada suster Ellen. Mengetahui bahwa suster Ellen menyadari akan kondisi Sandra, Sandra pun memaki Joana, dia mengatakan bahwa Joana dan orang lainpun sama saja, tidak pernah peduli, Sandra membenci Joana saat itu, walaupun demikian Joana tidak pernah membenci Sandra. Suster Ellenpun membawa Sandra untuk berobat, awalnya Sandra menolak dengan keras namun keadaan tubunhya yang sangat lemah membuat dia tidak berdaya. Diagnosa dokter mengatakan bahwa Sandra mengidap leukemia dan salah satu ginjalnya sudah tidak berfungsi lagi dan sulit bagi Sandra untuk berthana hidup dengan satu ginjal. Hal itu membuat suster Ellen dan Joana terpukul, mereka sama sekali tidak pernah menyangka bahwa musibah akan menimpa Sandra lagi. Suster Ellen pun berniat untuk mendonorkan ginjalnya, namun dokter menolak karena ginjal suster Ellen tidak cocok dengan Sandra.
Rambut indah Sandra yang kini hilang, membuat Sandra tidak percaya diri lagi. Sandra semakin yakin bahwa tidak seorangpun menyayanginya, termaksud Tuhan. Tuhan tidak mungkin memberi penyakit berat seperti leukemia jika Tuhan menyayangi Sandra. Hari-hari Sandra di rumah sakit tidak sepenuhnya sepi, setiap hari suster Ellen dan Joana menemani Sandra di rumah sakit, walaupun Sandra tidak pernah mengubris mereka berdua tetapi suster Ellen dan Joana sadar, kedatangan mereka bisa membuat Sandra sedikit terhibur di tengah penyakit keras yang menimpanya. Sebulan, dua bulan hingga tiga bulan. Kondisi Sandra semakin parah, ia sekarat di rumah sakit. Dokter mengingatkan kepada suster Ellen bahwa Sandra haru segera mendapatkan donor ginjal. Mendengar hal itu Joana berniat untuk memberikan ginjalnya kepada Sandra dan berharap Sandra akan hidup lebih lama. Beruntung, ginjalnya sangat cocok dengan Sandra. Dan operasi cangkok ginjal itupun dilaksanakan tanpa Sandra tau siapa pendonor ginjal tersebut.
Setelah operasi cangkok ginjal itu dilaksanakan, kondisi Sandra membaik dan dia di perbolehkan untuk kembali ke biara. Suster Ellen dan Joana sangat senang mendengar hal itu. Mereka dan penghuni biara lainnya menyambut kedatangan Sandra. Tetap saja Sandra tidak menganggap itu semua adalah bentuk kasih sayang kepadanya. Ia hanya menganggap bahwa mereka hanya kasihan melihat Sandra dan coba member simpati karena mereka tahu bahwa hidup Sandra tidak akan lama lagi. Walau tak sepenuhnya menerima Joana kembali, namun perlahan Sandra mulai membangun komunikasi kembali dengan Joana. Dan hal itu membuat Joana bahagia. Joana selalu menemani Sandra dan bersedia mengantarkan Sandra kemana saja, semenjak dari rumah sakit, Sandra harus duduk diatas kursi roda karena keadaannya belum pulih sementara dia harus berjuang untuk hidup. Joana selalu ada disamping Sandra kapanpun Sandra membutuhkannya, Joana memberikan seluruh detiknya kepada Sandra.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, leukemia Sandra telah mencapai 41 persen, yang membuat Sandra harus kembali ke rumah sakit. Terapi untu mengurangi leukemia Sandra sudah tidak berpengaruh. Lagi-lagi Sandra kehilangan fungsi ginjalnya. Hal itu semakin membuat suster Ellen takut. Dia tidak bisa lagi mempertahankan nyawa anak asuhnya yang ingin sekali ia adopsi. Ya, sejak Sandra dititipkan, suster Ellen sudah berniat untuk melepas statusnya sebagai biarawati dan ingin mengadopsi Sandra dan mengasuhnya layaknya anaknya sendiri. Namun semua itu dihalangi oleh keputusan suster kepala yang tidak mengijinkan suster Ellen untuk mengadopsi Sandra karena suster kepala melihat bahwa Sandra tidak menyayangi suster Ellen, itu semua akan percuma jika suster Ellen melepas status biarawatinya tetapi Sandra tidak ingin hidup bersamanya.
Joana yang sangat sayang terhadap Sandra berniat ingin member hadiah valentine kepada Sandra. Sebuah cincin yang dahulu melingkar di jari Joana akan ia berikan kepada Sandra. Saat ia masuk ke kamar Sandra, ia sangat kaget karena Sandra tidak ada di ranjangnya. Joana mencari dimana Sandra dan kemudian mendengar berita dari seorang suster bahwa Sandra sendang ada di rumah sakit, leukemianya kambuh dan ia gagal ginjal lagi. Dengan segera Joana pergi ke rumah sakit dimana Sandra berada sekarang. Sepanjang jalan, Joana hanya bisa menangis, mungkin ia akan kehilangan Sandra. Satu-satunya orang yang membuat hidup Joana begitu sempurna. Sesampainya di rumah sakit Joana mendatangi dokter yang menangani masalah Sandra dan kemudian menanyakan keadaan Sandra. Dengan berat hati dokter mengatakan bahwa Joana datang di saat yang tepat, dimana Sandra sudah berada di ujung hidupnya. Ia tak memiliki ginjal lagi dan penyakitnya semakin parah. Joana hanya bisa menangis mendengar hal itu, dan kemudian mengambil keputusan untuk memberikan ginjalnya kepada Sandra. Dokter memperingati Joana jika ia hidup tanpa ginjal, ia harus berhati-hati. Sedikit kecerobohan bisa membuat hidupnya berakhir. Joana tidak memperdulikan hal itu, ia merasa telah siap jika ia harus meninggal, asalkan orang yang ia sayang bisa hidup. Suster Ellen yang mendengar pembicaraan Joana dengan dokter segera melarang Joana memberikan ginjalnya kepada Sandra. Namun Joana hanya berkata “Ayah dan Ibuku telah merindukanku, kini tugasku selesai”. Suster Ellen langsung memeluk erat Joana sambil menangis dan membisikkan sesuatu “Lakukanlah apa yang telah menjadi tugasmu, nak”. Hari itu juga operasi tranplantasi ginjal itu dilaksanakan.
Setelah operasi itu berjalan, keadaan Sandra memulih sedangkan keadaan Joana memburuk tanpa ginjalnya. Sandra memaksa suster Ellen memberitahukan siapa pendonor yang mau mendonorkan ginjalnya. Awalnya suster Ellen tidak ingin memberitahu tetapi semakin didesak akhirnya suster Ellen mengatakan bahwa pendonor itu adalah Joana. Sentak mendengar itu, Sandra segera turun dari ranjangnya dengan infus yang masih menusuk dan segera berjalan menuju kamar dimana Joana di rawat. Sandra berusaha untuk kuat berjalan meski ia harus tertatih. Ketika ia masuk ke kamar dimana Joana di rawat, ia tersentuh melihat sahabat yang selama ini menjaganya saat sakit, merawatnya dan menemani Sandra dengan tulus kini terbaring lemah diatas ranjang dengan tubuh yang memucat dan saat Sandra menyentuh lengan Joana, ia merasakan dingin yang membuatnya menangis. Joana yang menyadari kedatangan Sandra segera terbangun dan meneteskan air matanya. “Apa mungkin ginjalmu ini membuat aku hidup?” tanya Sandra dengan lirih. Joana hanya membalasnya dengan senyuman dan kemudian berkata “Percayalah, kau akan sembuh Sandra. Tenanglah, aku akan bahagia melihatmu hidup sehat lagi” Perkataan Joana membuat Sandra kini sadar bahwa ia selama ini dikelilingi orang yang saying rehadapnya hanya saja ia menutup dirinya untuk menyadari itu semua. Sandra segera memeluk Joana dan kemudian Joana melepaskan cincin yang melingkar di jarinya dan kemudian memasangkannya di jari manis Sandra sambil berkata “Ini hari valentine, jaga kadonya baik-baik ya” Sandra menerima cincin itu dan kemudian bertanya “Apa itu valentine? Apa itu hari untuk menukar kado?” Joana diam dan tersenyum berharap sahabatnya akan mengetahuinya kelak.
Kondisi Joana yang sekarat disanjung dengan berita baik bahwa leukemia Sandra telah sembuh, sebuah keajaiban terjadi. Sandra sangat senang mendengar berita itu namun di sisi lain ia tetap saja merasa bersalah kepada Joana, ia baru menyadari bahwa selama ini Joana menyayanginya tetapi ia sia-siakan. Dan tak lama kemudian Joana menghembuskan nafas terakhirnya, namaun sebelum meninggal, Joana sempat menuliskan sebuah surat yang berisi “ Untuk Sahabatku Cassandra, kau tahu seberapa berartinya dirimu buatku? Memilikimu lebih dari cukup bagiku. Maafkan aku, hanya itu yang bisa kuberikan. Namun kamu harus tahu, suster Ellen menyayangimu seperti anaknya sendiri, Kini aku hanya ingin kamu merelakanku saat aku pergi. Salam Joana-“ Sandra terisak ketika membaca surat tersebut dan kemudian berlari menemui suster Ellen yang ternyata telah siap untuk melepas statusnya sebagai biarawati. Sandra menghampiri suster Ellen dan berkata “ambil aku sebagai anakmu suster” dan kemudian suster Ellen memeluk Sandra kemudian hidup mereka berdua dimulai. Sandra tidak keberatan jika suster Ellen merawatnya seorang diri asalkan suster Ellen menyayaginya seperti ia menyayangi suster Ellen. Dan setiap hari valentine, Ellen dan Sandra mendatangi makam Joana dan mendoakan Joana agar bahagia di alam sana.
Cerpen ini mungkin tidak bercerita tentang sepasang kekasih seperti biasa dikaitkan sama hari valentine, aku hanya menjadikannya sedikit berbeda. Yang terpenting kasih sayang bisa kita perjuangkan walau itu terbayar dengan nyawa, seperti apa yang terjadi, isn’t it muel? Haha, I miss you, dear :)
Aku juga mau say thanks for my friend, I called him with “hansip” haha. Thanks for being my inspirator, you make me laugh when the other people make me cry. You lifted me up when they left me down.
Say thanks to all my classmates, they make me laugh everyday; even they often make me angry.
Thanks to my older brother Yohanes Sitinjak yang selalu jadi tempat curhatku, tempat aku marah-marah dan tempat aku nangis-nangis, you're the best bang.
Thanks to Rina, Aisyah, Indah, Ichy, Sabet : we’ve been friend since we’re born. Right?
Thanks to my brother Imanuel B. Parapat yang nemenin aku terus, haha
Thanks to mami Jeni, tante Yuni, abang Deo, dan kak Jurgen, dan Nunk yang ajarin aku berfikir dewasa kecuali Deo, biasanya kamu jadi partnerku kelahi bang, haha
Thanks to all my friends at SMPN 1 Bontang, and SMPN 3 Balikpapan
Thanks to kak Praise dan kason a.k.a kak Sonia, they help me to solve my problems
Thanks to Nicole, Rany, dan Gita. Thanks for everything dear :)
Thanks to Beverly, Vannesa and Joseph who lived far away from my country. I hope God will bless you all the time :)
Special thanks for Jesus, He makes me strong to life and He will answer all my prays, I believe that.
And the last for Lia, I don’t know is she real or not. But she came to my dream.